Pages

Jumat, 08 Juli 2011

Pesan untuk Sahabat.




Mengapa harus ada kata “ SEHARUSNYA” seandainya satu kata itu hilang, tentu tidak akan ada kesan ‘pemaksaan’ , memilih kata yang tidak tepat dalam mengungkap kan sesuatu menyebabkan praduga salah penafsiran, perselisihan dapat terjadi disebabkan kurang pahamnya seseorang tentang arti sebuah kata yang dapat mempengaruhi penilaian kita terhadap watak seseorang dan dapat di tebak bagaimana sifat orang yang menyampaikannya tanpa ia mengetahuinya.

‘Janganlah kamu begini, jangan begitu !! merupakan kalimat berkesan MELARANG (kata yang kurang SANTUN) bila diucapkan sembarangan kepada orang lain tanpa melihat status hubungannya sebagai apa??, jika di tujukan kepada orang terdekat mungkin sah-sah saja, namun bila sampai ditujukan kepada orang lain, misalnya orang yang lebih tua, guru, sahabat…..siapapun orang yang seharusnya kita hormati, kita hargai rasanya penggunaan kata tsb sangat tidak tepat.

Alloh menciptakan Manusia, sudah tentu agar manusia saling bergaul tanpa membedakan negara, suku, Ras dengan tujuan agar saling mengenal satu sama lain, bila sudah mengenal maka  pergaulan akan menjadi luas, kita dapat mengenal karakter berbagai macam manusia, dengan mempelajari macam-macam karakter maka kita dapat mengambil pelajaran  bahwa setiap suku mempunyai ciri khas watak dasar tertentu misalnya: orang Madura wataknya cenderung Emosional, berbeda dengan Suku Sunda atau jawa tengah yang sedikit kalem, suku Batak dengan Bali masing-masing mempunyai keunikan sendiri2 meski cenderung berwatak agak keras dari segi pengucapan Lesan orang batak terkesan KERAS pengucapannya dibanding suku Bali. Dengan mengenal karakter manusia kita dapat memperlakukan seseorang sesuai dengan yang dia MAU, sebab dengan begitu akan timbul rasa saling MENGHARGAI, tanpa membuatnya tersinggung.



Seorang sahabat dekat menasehati saya :”bu, Janganlah merasa dipaksa, jangan merasa terpaksa jangan sampai ‘Nggrundel’, seharusnya sampean begini,….seharusnya sampean begitu,.... (kepada sahabatku yag mungkin membaca tulisan ini, saya mengucapkan “terima kasih,” karena sudah menjadi orang yg memposisikan diri sbg orang yang seharusnya saya hormati),  Maaf…saya tidak bisa menggunakan kalimat yang sama terhadap ibu…karena saya tidak berani menyuruh, melarang, menuduh siapapun dengan kalimat ‘LARANGAN’ tsb, karena saya bukanlah orang yang baik dan pantas memberikan nasehat.

Seorang bijak bestari menasehati: “Janganlah kamu menasehati seorang Raja, karena Raja hanya akan mendengarkan nasehat dari orang yang bijaksana dan berilmu Luas.” Sebaiknya begitulah kita bersikap, tempatkan kita sebagai orang yang tidak sepantasnya menjadi orang yang lebih Tinggi , lebih tua usianya, lebih berkuasa atas kita, sehingga mudah mengeluarkan kata PETUAH, yang menyebabkan orang lain tersinggung, sebaiknya mengikuti apa yang di nasehatkan orang bijak bahwa: Anggaplah,! orang lain itu seperti seorang Raja yang harus di hormati dan di hargai melebihi diri sendiri tanpa menghinakan diri.



Wassalamu’alaikum…Wr…Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar